Minggu kemarin berkesampatan untuk berkunjung ke salah satu desa yang udah ak asing lagi untuk di dengar, yaitu Baduy. Sub-etnis dari suku Sunda yang berada di daerah Banten. Apa yang gue rasain sebelum sampai disana? Ga sabar! Deg degan! Campur aduk (Kaya mau ujian, agak lebay). Perjalanan cukup panjang dan lama, banyak dari kita yang udah sampe gumoh dengan keadaan kendaraan yang seadanya. Oh iya "sebagian dari kita" yang gue sebutin tadi adalah anak-anak Pariwisata 2011 dan 2012 yang berkunjung dengan maksud dan tujuan tertentu (mata kuliah). At least kita udah menempuh perjalanan yang jauh, berliku dan curam. Yeah! Kita sampai di tempat yang sangat amat di nanti dar tadi pagi BADUY...
Udeh pegel kaki ketekuk selama perjalanan, udeh lama tas diterlantarin aje dan udeh berontak si sendal ngajak jalan. Terjawablah sudah keluh kelas semuanya, kita sampai di Ciboleger (point pertama untuk menuju kawasan Baduy). Yang ada di pikiran gue, disini sangat terpencil, pedalaman dan sebagainya, karena gue liat jalanan yang tadi gue lewatin gak rame penduduk. Tapi buat lo yang kesehariannya bergantung dengan ...mart disini ada alf*amart. Sambutan yang cukup membuat gue heran, rasa ga sabar dan deg degan tadi seketika ilang gitu aja karena liat alf*amart. Yaa buat apa jauh-jauh kesini cuma buat belanja di tempat kaya gitu, depan gang rumah gue juga ada.
Oke meninggalkan soal alf*amart, gue lebih suka dengan patung selamat datang yang berada di tengah-tengah lapangan atau apalah ini namanya. Ada empat orang yang dengan tidak capeknya berdiri terus menerus dan dengan tangan terbuka mempersilahkan kita masuk! Ini kepecahan pertama yang gue dapet! Kaya gimana bentuknya? nihh
Setelah dari patung ini gue beranjak mengamati anak-anak sekitar kita
yang ngebawa tongkat, gue kira buat mereka main. Tapi itu buat dijual,
dengan harga satu tongkat itu 5rebuuu. Ini adalah salah satu cara mereka
untuk ngebantu perekonomian keluarganya (mungkin). Lepas dari Ciboleger
kita pun harus berjalan jauh menuju home stay. Sejauh apa sih? Sejauh
jarak aku dan kamu *fokusnya ilang*. Cukup jauh,
ternyata tongkat yang tadi di jual anak-anak di sekitar Ciboleger itu
fungsinya untuk ini. Biar aman, seenggaknya kalo ga punya pacar jadi
bisa pegangannya sama tongkat ini. Di tengah perjalanan kita melihat
akang-akang yang lewat dengan bawaan panennya. Tapi juga ada akang-akang
sama anaknya lewat dan berkata "di porterin aja neng, hayuk?". Karena
merasa kuat, tidak sedikit pun kepikiran buat minta tolong porterin sama
akang-akang ini. Gak mau kalah kuat juga sama anak-anak daerah sini
yang udah bawa dua sampe tiga tas temen-temen gue. Nah ini juga salah
satu cara mereka bantuin ekonomi keluarga, ngikut bapaknya morterin tas
pengunjung yang mau nginep di daerah Baduy Luar.
Begitu susah payah memang perjalanan menuju home stay kita di Desa Marengo, bebrapa kali melewati Desa yang gue kira itu ada home stay kita tapi ternyata bukan. Nanjak, nurun, becek, licin, segala macem udah ketemu nih di jalan menuju home stay. Capek iya, haus apa lagi yeekan. Air mineral yang di bawa udah abis karena banyak dari kita yang ga bawa air buat persedian di jalan. Gausah khawatir karena ada dispenser alam yang memenuhi dahaga kita, lengkap sudah perjalanan ini sungguh terfasilitasi. Sesampainya di Desa Marengo kami pun dimanjakan dengan cantiknya rumah suku Baduy yang sepenuhnya terbuat dari kombinasi kayu dan bambu. Sangatlah ramah lingkungan, ini yang mereka lakukan selama ini dekat dengan alam.
Dibagikanlah home stay yang sudah siap menerima kami-kami yang lelah. Bentuk rumah panggung ini sangatlah sederhana, hanya memiliki satu kamar dan tidak terlalu besar. Malam pertama kami semua tidur dengan keletihan yang ada, tidak peduli dengan keadaan yang seadanya. Yang bikin cool to the max adalah rumah disini dari bambu dan alasnya bolong-bolong gitu, jadi semilir angin gitu deh brooo. Gausah pake AC aja lo udah kedinginan gitu, terus karena kita banyak dan nyempil-nyempil jadi ga begitu dingin gitu deh. Seperti biasa dan dimanapun gue gak pernah bisa tidur cepet, selayaknya manusia biasa -_____- karena gue akan melakukan apapun yang gue senangi sebelum tidur, yaa itu apapun (dengerin musik, main game, mencoba internetan tapi mustahil). Daaaaan terlelap.........
Dibagikanlah home stay yang sudah siap menerima kami-kami yang lelah. Bentuk rumah panggung ini sangatlah sederhana, hanya memiliki satu kamar dan tidak terlalu besar. Malam pertama kami semua tidur dengan keletihan yang ada, tidak peduli dengan keadaan yang seadanya. Yang bikin cool to the max adalah rumah disini dari bambu dan alasnya bolong-bolong gitu, jadi semilir angin gitu deh brooo. Gausah pake AC aja lo udah kedinginan gitu, terus karena kita banyak dan nyempil-nyempil jadi ga begitu dingin gitu deh. Seperti biasa dan dimanapun gue gak pernah bisa tidur cepet, selayaknya manusia biasa -_____- karena gue akan melakukan apapun yang gue senangi sebelum tidur, yaa itu apapun (dengerin musik, main game, mencoba internetan tapi mustahil). Daaaaan terlelap.........
Komentar
Posting Komentar